Bukan Bengkok Tapi Bangkok!
6:51 AM
Dulu di salah satu stasiun televisi swasta, setiap malam apa saya lupa, selalu ditayangkan film Thailand. Dan film-film itu menghibur banget. Beda sama film Asia lainnya seperti Hong Kong, Korea maupun Jepang.
Bagi saya, film Jepang itu alurnya lambat banget. Bisa mati bosan kalau nggak sabar. Nih ya, bisa nyorot cuma pintu selama 10 detik baru ke adegan selanjutnya. Filmnya itu kebanyakan sunyi senyap.
Korea lebih milih dramanya dibandingkan filmnya. Sedangkan Kalau film Hong Kong nggak suka-suka banget. Ini masalah selera pribadi sih. Ngerasa cocok aja sama film-film Thailand.
Korea lebih milih dramanya dibandingkan filmnya. Sedangkan Kalau film Hong Kong nggak suka-suka banget. Ini masalah selera pribadi sih. Ngerasa cocok aja sama film-film Thailand.
Karena suka dan televisi swasta itu nggak pernah nayangin lagi. Saya beralih ke media lain untuk menonton film-film Thailand itu.
Film Thailand ini memang bagus. Kalau yang lucu itu lucu banget. Yang horor, itu horor banget. Yang sedih itu bisa sedih banget. Kalau yang....Nah, kalau yang itu, sayapengen belum pernah nyoba nonton ;).
Kalau mau tahu betapa lucu dan kreatifnya orang Thailand. Coba deh, liat dulu iklan-iklan Thailand yang banyak beredar di youtube. Di situ bisa dilihat betapa kreatif dan gilanya mereka.
Film Thailand ini memang bagus. Kalau yang lucu itu lucu banget. Yang horor, itu horor banget. Yang sedih itu bisa sedih banget. Kalau yang....Nah, kalau yang itu, saya
Kalau mau tahu betapa lucu dan kreatifnya orang Thailand. Coba deh, liat dulu iklan-iklan Thailand yang banyak beredar di youtube. Di situ bisa dilihat betapa kreatif dan gilanya mereka.
Gara-gara itu saya pengen ke Thailand. Bahkan dulu waktu masih aktif main di twitter saya sempat follow akunnya pecinta Thailand. Saking pengennya kesana dan mau tahu update perkembangan negara itu.
Terus ada temen yang kesana dan diajakin. Tapi mungkin saat itu waktunya nggak tepat.
Terus ada temen yang kesana dan diajakin. Tapi mungkin saat itu waktunya nggak tepat.
Baru kemarin tiba-tiba ada ajakan lagi. Rencananya bersama keempat teman yang lain. Masalahnya, menyatukan jadwal lima orang yang tinggal di kota berbeda itu kayak.. Ah, bukan menegakkan benang basah lagi.
Tapi menegakkan benang yang udah basah terus kusut pula. Susah! Setelah diskusi yang lumayan panjang, akhirnya kedua orang lainnya memutuskan untuk tidak ikut. Padahal kedua orang inilah yang punya pengalaman pernah ke sana.
Tapi menegakkan benang yang udah basah terus kusut pula. Susah! Setelah diskusi yang lumayan panjang, akhirnya kedua orang lainnya memutuskan untuk tidak ikut. Padahal kedua orang inilah yang punya pengalaman pernah ke sana.
Jadi tinggallah saya dan kedua teman saya yang lain. Tiga orang lugu yang nggak tahu apa-apa. Saking agak khawatirnya cuma kita bertiga yang pergi. Salah satu teman saya ini bahkan sampai ketemu guru spiritualnya, menanyakan perihal kepergian kita ke Bangkok.
Guru spiritualnya ini bilang, katanya nggak apa-apa, asalkan di Bangkok nggak bengkok. 'Jangan bengkok’ itulah menjadi pedoman kita.
Bengkok ngapain juga, kalaupun mau melakukan hal yang aneh-aneh, kedua teman saya ini bukan opsi diajak untuk itu.
Guru spiritualnya ini bilang, katanya nggak apa-apa, asalkan di Bangkok nggak bengkok. 'Jangan bengkok’ itulah menjadi pedoman kita.
Bengkok ngapain juga, kalaupun mau melakukan hal yang aneh-aneh, kedua teman saya ini bukan opsi diajak untuk itu.
Karena kita pergi secara pribadi. Sebelum berangkat semua sibuk googling gimana di sana. Dari mulai tempat nginap, mencari makanan halal, mencari peta rute BTS dan MRT dan mau kemana aja di sana.
Saya yang buat itinerary selama di sana. Kemana aja, gimana caranya ke tujuan, naik apa dan seterusnya. Jadi kita tinggal ngikutin itu.
Saya yang buat itinerary selama di sana. Kemana aja, gimana caranya ke tujuan, naik apa dan seterusnya. Jadi kita tinggal ngikutin itu.
Walaupun saya yang buat itinerary-nya tapi sampai di sana teman saya yang nyari arah. Saya cuma ikut dari belakang.
Saya punya masalah sama arah. Alamat rumah sendiri aja bisa nyasar, nggak ingat dan suka tersesat. Terus arah hidup juga nggak jelas, gimana mau bimbing orang lain nyari arah. Ya gitu deh!
Saya punya masalah sama arah. Alamat rumah sendiri aja bisa nyasar, nggak ingat dan suka tersesat. Terus arah hidup juga nggak jelas, gimana mau bimbing orang lain nyari arah. Ya gitu deh!
Saya sangat beterima kasih dengan para blogger di luaran sana, yang mau menyempatkan waktu, menuliskan pengalaman mereka di Bangkok. Dan tulisan mereka sangat amat membantu.
Bangkok jadi salah satu favorit destinasi wisatawan Indonesia. Jadi tenang aja, gampang kok nyari infonya. Asal mau mencari aja.
Dan salut buat pemerintah Thailand sendiri, karena info apapun di sana diterangkan dengan jelas di situs internet. Semua ada, bahkan dalam bahasa Indonesia sekalipun. Jadi nggak perlu takut.
Bangkok jadi salah satu favorit destinasi wisatawan Indonesia. Jadi tenang aja, gampang kok nyari infonya. Asal mau mencari aja.
Dan salut buat pemerintah Thailand sendiri, karena info apapun di sana diterangkan dengan jelas di situs internet. Semua ada, bahkan dalam bahasa Indonesia sekalipun. Jadi nggak perlu takut.
Di sana kita nginap di hostel. Hostel ya bukan hotel. Ada ‘s’ nya. Oh berarti murah dong Dea nginap di hostel? Mungkin kalau perginya sendirian dan nginap di dormnya jatuhnya bisa lebih murah. Tapi karena kita ngambil yang private room untuk tiga orang dan private bathroom jadi harganya sebenarnya beda dikit sama hotel.
Yah, tergantung hostel dan hotelnya juga sih gimana. Di hostel ini nggak dikasi sarapan terus kalau mau bikin minum atau ngapain, gelas sama piringnya cuci sendiri. Self service lah.
Yah, tergantung hostel dan hotelnya juga sih gimana. Di hostel ini nggak dikasi sarapan terus kalau mau bikin minum atau ngapain, gelas sama piringnya cuci sendiri. Self service lah.
Kita milih ini karena harganya dengan lokasi, worth it! Lokasi hostel ini diapit dua BTS dan dekat MRT jadi gampang mau kemana-mana. Dan dekat dengan mall.
Review tentang hostel ini juga bagus. Ini kita nginap di sini. The Block Hostel. Hostelnya kekinian sih. Aslinya, sama di gambar situsnya sama. Sayangnya kita nggak sempat ngeliat dan nyobain rooftopnya.
Di dalam nggak boleh pake alas kaki. Jadi ditinggal di luar. Aman kok dan nggak ada yang jahil nukar atau pake sepatu kita.
Review tentang hostel ini juga bagus. Ini kita nginap di sini. The Block Hostel. Hostelnya kekinian sih. Aslinya, sama di gambar situsnya sama. Sayangnya kita nggak sempat ngeliat dan nyobain rooftopnya.
Di dalam nggak boleh pake alas kaki. Jadi ditinggal di luar. Aman kok dan nggak ada yang jahil nukar atau pake sepatu kita.
Ini interior asli The Block Hostel yang diambil pakai kamera handphone. |
Selain itu kita mikir karena cuma buat tidur dan seharian di luar terus jadi nggak perlu nginap di tempat yang wah (halah karena duitnya juga nggak ada juga).
Bonus ; Itu Dea. Bukan Dia! #lupakandia |
Selama lima hari empat malam di sana, banyak banget pengalaman yang melelahkan dan menyenangkan luruh jadi satu. Menggeret-geret koper di tengah rintik hujan. Naik turun tangga dan eskalator di BTS dengan koper masing-masing.
Itu semua karena kepo pengen langsung ngerasain gimana naik publik transport setelah menginjakkan kaki di Bangkok. Yang ada, lelah cin!
Itu semua karena kepo pengen langsung ngerasain gimana naik publik transport setelah menginjakkan kaki di Bangkok. Yang ada, lelah cin!
Pernah nih udah capek banget, udah tengah malam, terus salah naik jurusan. Keluar lagi ngejar jurusan BTS yang sebenarnya. Lari-lari naik tangga, karena ngira itu jadwal terakhir.
Di sebagian ada yang nggak ada eskalatornya. Jadi benaran harus jalan pake kaki, bukan tangganya yang berjalan. Siapa yang udah pernah nonton film “Bangkok Love (Traffic) Story” pasti bisa ngeh keadaannya. Udah ngos-ngosan, kita nyampe, keretanya jalan. Duh!
Di sebagian ada yang nggak ada eskalatornya. Jadi benaran harus jalan pake kaki, bukan tangganya yang berjalan. Siapa yang udah pernah nonton film “Bangkok Love (Traffic) Story” pasti bisa ngeh keadaannya. Udah ngos-ngosan, kita nyampe, keretanya jalan. Duh!
Ditambah salah keluar pintu pas mau balik. Jangan pernah meremehkan nomor pintu keluar selama di sana. Karena bisa jadi muter-muter lagi. Naik jembatan penyebrangan lagi. Dan entah kemana lagi.
Kaki udah serasa mau putus. Saya selalu terseok-seok di belakang sendirian. Kesabaran kita memang diuji. Untungnya kita bertiga masih bisa tahan, karena tahu sama tahu, masing-masing juga capek.
Tapi nggak tahu, kalau ditambah 10 hari di sana, kita mungkin bisa jambak-jambakan :D
Kaki udah serasa mau putus. Saya selalu terseok-seok di belakang sendirian. Kesabaran kita memang diuji. Untungnya kita bertiga masih bisa tahan, karena tahu sama tahu, masing-masing juga capek.
Tapi nggak tahu, kalau ditambah 10 hari di sana, kita mungkin bisa jambak-jambakan :D
Dan bukan Dea namanya seperti yang pernah saya bilang, kalau nggak ada yang nggak ketinggalan. Saya meninggalkan sesuatu di Grand Palace dan di hostel.
Setelahnya sebelumnya banyak peristiwa hampir tercecer lainnya (baca: sepatu di taksi, topi di Khaosan Road, ransel di bandara dll) Mungkin kalau hati ini letaknya bukan di dalam, nggak ngerti udah ketinggalah dimana-mana.
Jadi saya butuh kamu untuk diingatkan #kode
Setelahnya sebelumnya banyak peristiwa hampir tercecer lainnya (baca: sepatu di taksi, topi di Khaosan Road, ransel di bandara dll) Mungkin kalau hati ini letaknya bukan di dalam, nggak ngerti udah ketinggalah dimana-mana.
Jadi saya butuh kamu untuk diingatkan #kode
Kemana aja kita selama di sana? Ngapain? Fotonya mana! Mungkin bakalan saya ceritakan di postingan selanjutnya. Yang kapan? Entahlah. Mungkin hanya rumput yang bergoyang itu kapan.
Bangkok mengajarkan saya, berjalanlah terus walau lelah. Karena dengan tetap berjalan, hati kita tetap hidup, tak diam menunggu. Tapi ini nggak berlaku untuk horang kayah. Naik taksi aja sis, nggak capek. Hatinya senang pasti ^^. Eh, kalau berdua kayaknya lebih untung naik taksi juga.
Tapi saya senang berjalan kaki (asal nggak kebanyakan). Berjalan kaki membuatmu melihat dengan hati. Sekali-kali diam mengamati. Tak usah buru-buru. Dan saya langkahkan kaki setiap hari di Bangkok, sampai nyeri.
Nyeri tapi happy! Kakimu langkah hatimu. ^_____^
6 komentar
Bangkok juga jadi target next kelayapan saya... Hostelnya cakep juga ya.
BalasHapusCakep,Mbak dan bersih lagi. Recommended deh.
HapusDeket BTS sama MRT jadi gampang. Terus mall juga.
Siapin baht yang banyak, Mbak. Nggak tahan pasti belanja di Bangkok. :D
Waah Block Hostel ini cakep ya, dan gak mihil amat, kumau coba kalau ke Bangkok lagi :D
BalasHapusCakep dan bersih. Aman ke mana-mana. Kalau ke Bangkok lagi bisa kabar-kabarin. Siapa tau bisa ngetrip bareng. :D
Hapusaseli, baca blog ini bikin ketawa. Salam kenal juga, ya :)
BalasHapusHi, Evan terimakasih sudah mampir. Salam kenal. :)
Hapus