Desa Penglipuran Bali
9:18 AM
Angin berhembus cukup kencang, awan kelabu berkumpul pertanda hujan akan turun saat saya mengijakkan kaki di Desa Penglipuran. Saya berdoa dalam hati semoga hujan jangan turun dulu, karena saya mau melihat-lihat.
Hari terakhir saya dan tim KitaIna mengujungi Desa Adat Penglipuran Bali. Desa yang kian ramai semenjak sering dijadikan lokasi syuting FTV (Film Televisi). Sorotan media membuat banyak orang penasaran dan ingin mengintip langsung keindahannya.
Penglipuran berasal dari akronim "pengeling" dan "pura". Yang artinya mengingat tempat suci (para leluhur). Dan Penglipuran juga mempunyai arti penhibur/penglipur hati raja. |
Bersih dan asri. Dua kata itu terlintas di pikiran saya ketikan memandang sekeliling Desa Penglipuran.
Memang benar, Desa Penglipuran termasuk desa terbersih di dunia, selain Desa Giethoorn yang terletak di Overyjssel, Belanda dan Desa Malynnong Meghalaya di India. Kita harus cukup berbangga karena salah satu desa terbersih lainnya berada di rumah kita, Bali, Indonesia.
Lokasi desa yang berada di ketinggian sekitar 600-700 meter dari permukaan laut ini memang berhawa sejuk ditambah saat itu musim penghujan. Hati saya semakin dingin terkena udara dingin.
Desa Penglipuran berada di kawasan wisata Kintamani, sekitar 45 km dari Denpansar. Tepatnya di Desa Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Tak jauh dari Desa Penglipuran kita juga bisa menjumpai Danau Batur.
Terlihat beberapa pengunjung lain menikmati suasana Desa Penglipuran, tak terlalu ramai. Mungkin karena ini bukan musim libur atau musim perayaan adat. Tapi saya senang, karena jauh dari hiruk pikuk.
Sebuah jalan membelah rumah para penduduk. Kiri-kanan terdapat bangunan rumah yang sama persis satu sama lain. Hal inilah yang membuat Desa Penglipuran ini cukup unik. Masing-masing punya sebuah pintu kecil untuk masuk. Masyarakat menyebut pintu kecil ini angkul-angkul.
Dan kemiripan tidak hanya terjadi pada bentuk di setiap rumah, tapi juga pembagian tata ruang di dalam rumah. Seperti letak dan jumlah kamar tidur serta dapur. Penduduk Desa Penglipuran menanamkan kesataraan, tidak ada kasta di desa ini. Semua berkasta sama. Kasta Sudra.
Desa yang memiliki luas 112 hektar ini tidak sepenuhnya jadi lahan pemukiman. Sekitar 40% adalah hutan bambu. Bambu-bambu di sini tidak boleh sembarangan ditebang, harus mendapat ijin dari tokoh setempat. Sebagian penduduk Desa Penglipuran adalah pengrajin anyaman bambu selain bertani.
Bambu tubuh merapat, daunnya melengkung menjadi kanopi di atas kepala saya. Cuaca yang mendung siang itu menambah gelap sekitar. Semilir angin meniup mengoyang-goyangkan bambu.
Bila cuaca sedang cerah, matahari akan mengintip dari sela-sela kanopi daun bambu dan bias cahayanya akan indah. Tapi sayang hari itu matahari tengah malu.
Di tengah arus modernisasi, penduduk Desa Penglipuran sangat menjunjung tinggi nilai leluhur. Adat istiadat dan tradisi mereka tanam dan amalkan di kehidupan sehari-hari.
Selain itu penduduk Desa Penglipuran sangat anti poligami. Bagi yang melakukan mereka akan diasingkan dari kehidupan sosial. Saya pun anti!
Perasaan tenang dan damai saya rasakan di desa ini. Saya melihat anak-anak perempuan duduk sambil bercerita di depan pintu. Mungkin kalau saya tinggal di desa ini saya akan melakukan hal yang sama.
Duduk di depan pintu merenung, tiba-tiba datang pengunjung berwajah Nicholas Syahputra. Lalu.. ah, itu FTV banget. Suasananya yang tenang dan syahdu membut pikiran saya kemana-mana
Kebersihan menjadi tanggung jawab seluruh penduduk Desa Penglipuran. Sesuai dengan visi Desa Penglipuran yaitu desa wisata berbasis masyarakat berbudaya dan berwawasan lingkungan.
Tak salah bila Desa Penglipuran menjadi salah satu desa terbersih di dunia. Tak hanya bersih, tapi kearifan lokal bersanding dengan keramahan jiwa penduduknya. Bersih di luar dan dalam. Dan itu terpancar. Saya merasakannya.
Jika kamu mau melihat dan merasakan "bersih" itu apa. Kamu harus mengunjungi Desa Penglipuran. Karena di sana kita akan belajar bersih itu tak hanya di luar tapi juga di dalam.
1 komentar
Rumah penduduk di bali khas banget ya :D
BalasHapus